TUKANG
SAPU “ PAHLAWAN KEBERSIHAN” YANG TERLUPAKAN
(IGN. Mataram, Guru Kimia SMAN 1 Rendang)
Hidup
didunia ini sesungguhnya sangatlah indah, seindah dari yang paling indah, asal
dijalankan sesuai dengan norma-norma hidup yang benar dan dekat dengan Tuhan.
Semakin dekat dengan Tuhan akan meningkatkan kualitas moral dan daya tahan
mental kehidupan. Dalam Nitisastra 18, disebutkan bahwa bulan menambah kecantikan dari kumpulan bintang-bintang, pemerintah
yang baik menambah kecantikan bumi dan suami menambah kecantikan wanita. Tetapi
pengetahuan meningkatkan semua dan segala sesuatu.
Makna
yang tersirat didalamnya adalah bahwa pemerintah yang baik adalah pemerintah
yang menjalankan sistem, melindungi masyarakatnya dari ketidakberdayaan (kemiskinan,
keamanan, kesejahteraan) bukan menjalankan kehendak yang bersifat perseorangan
(aji mumpung). Dalam Manawa Dharmasastra
juga disebutkan Raksanam Dhanam Prajanam,
artinya rasa aman baru didapatkan apabila
setiap orang yang diajak hidup bersama dalam suatu wadah tidak merasa
terancam. Terancam dalam arti sesuai tidaknya spesialisasi orang bersangkutan.
Misalnya, tugas Presiden mengatur Negara, untuk menjalankan pemerintahan sampai
ke daerah Presiden dibantu oleh kepala daerah (Gubernur). Untuk menjalankan
tugas kedaerahan dibebankan kepada Bupati dan seterusnya sampai pada pekerja
kelas bawah sekalipun yaitu tukang sapu. Tukang sapu, tidak bedanya dengan
pemulung yaitu orang yang bekerja dengan membersihkan lingkungan dengan tidak
membedakan sampah yang dibersihkan.
Tidak
hanya guru disebut sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa”, tukang sapu-pun bisa
disebut sebagai “pahlawan kebersihan” yang kini terlupakan, terabaikan, dan
dipandang sebelah mata. Merupakan sebuah kodrat dan ada dalam tatanan sistem
yang harus dilaksanakan. Walaupun tukang sapu tidak tercatat sebagai PNS (hanya
sebagai tenaga harian, honor atau tenaga sukarela untuk bekerja mencari sesuap
nasi semata), hendaknya mendapat perhatian lebih mengingat tugas tukang sapu
adalah sangat membantu pemerintah menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan
dari pencemaran (tanah, udara dan air). Jika semua orang ingin menjadi pejabat,
siapa yang akan dijadikan tukang sapu?, atau tidak mungkin sebaliknya. Saat ini
tukang sapu dipandang sebagai pekerjaan kasar, sekasar dari pekerjaan yang
paling kasar, namun pekerjaan tukang sapu lebih mulia dari pekerjaan mencuri
atau koropsi apalagi pekerjaan berbohong.
Terkait
dengan tukang sapu, keberhasilan dalam pemerintahan, tidak semata karena intlegensi
dan loyalitas pemimpin tetapi lebih dari itu yang perlu diberi perhatian lebih
adalah tukang sapu. Etensi dari seorang tukang sapu sering terlupakan bahkan diberi
finansial sekadarnya dengan tugas yang begitu berat, tidak mengenal lelah,
kehujanan, kepanasan bahkan dilakoninya dengan penuh rasa. Sebaliknya hampir
setiap kegiatan, tukang sapu tidak bisa dilupakan (teringat terus) karena
mereka sebagai garda terdepan tercapainya sebuah keberhasilan dalam menjaga
kebersihan lingkungan. Lingkungan yang bersih, indah, nyaman dan lestari
membuat orang yang ada didalamnya merasa senang, aman dan menyenangkan atau
sebaliknya. Lingkungan kotor, yang pertama kena peringatan adalah tukang sapu.
Jika dikorelasi dengan situasi global saat ini, hasil sebagai tukang sapu jelas
tidak sepadan, sehingga kemiskinan dan pengangguran akan terus bertambah
seiring dengan tidak meratanya pembangunan ekonomi masyarakat.
Kemiskinan
sebagai kondisi deprivasi materi dan sosial yang menyebabkan individu
hidup di bawah standar kehidupan yang layak (Hall dan Midgley, 2004). Sebenarnya
orang-orang miskin tidaklah malas, fatalistik, boros, dungu dan bodoh, tetapi
mereka sebenarnya adalah pekerja keras, cerdik dan ulet. Namun mereka memiliki
sifat-sifat tersebut karena untuk dapat mempertahankan hidupnya dan melepaskan
diri dari belenggu rantai dari jeratan ekonomi yang semakin galau. Untuk itu
pemerintah (pusat atau daerah) harus memperhatikan jeritan dari seorang tukang
sapu yang nantinya dapat merubah nasibnya seperti orang kebanyakan
(terpenuhinya pemerataan ekonomi sandang, pangan, papan).
Hakekatnya,
pembangunan ekonomi di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan peluang berusaha,
meningkatkan pemerataan pendapatan masyarakat serta meningkatkan hubungan antar
daerah. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang
dilaksanakan bermuara pada manusia sebagai insan yang harus dibangun kehidupannya
dan sekaligus merupakan sumberdaya pembangunan yang harus terus ditingkatkan
kualitas dan kemampuannya untuk mengangkat harkat dan martabatnya (Chambers,
1983).
Orang-orang
yang rendah potensi (skill), tetapi punya koneksi dan sifat negosiasi akan
lebih mudah mendapat pekerjaan, sedangkan bagi mereka yang punya potensi
(skill), tidak punya koneksi apalagi
bernegosiasi harus kerja keras untuk bertahan dalam mendapatkan pekerjaan,
itulah “tukang sapu”. Ada pula orang-orang yang tidak memiliki apa-apa bahkan
motivasi untuk berkarya sekalipun, yang dimiliki hanya telapak tangan untuk
menadah,, meminta-minta, inilah disebut “pengemis”. Dibandingkan dengan
pengemis, tukang sapu merupakan pekerja yang lebih mulia dalam menggapai
kehidupan yang lebih bermakna.
Sebenarnya
kehidupan manusia bertujuan untuk menemukan makna hidup. Makna hidup adalah
nilai-nilai yang berharga, dihayati dan membuat seorang individu merasa
berharga, dihargai dan mempunyai alasan untuk hidup dan menegakkan dirinya.
Apabila manusia gagal untuk menemukan makna hidupnya, maka ia akan mengalami
neurosis eksistensial (noƶgenik), yaitu keadaan seseorang ketika dalam
hidupnya merasa hampa, tidak bermakna, tidak bertuan, tanpa tujuan, pisimis, rendah diri dan
berjalan tanpa arah. Sedangkan mereka yang berhasil menemukan makna hidupnya,
maka ia akan memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk bertahan menegakkan
dirinya, berkarya, selalu menjaga popularitas, rendah hati supaya dikagumi, dan
bahkan terus berkarir mempertahankan apa yang telah didapatkannya. Itulah
kehidupan dari seorang “Tukang Sapu” yang terlupakan.
Ingat
“tukang sapu”! kesuksesan tidak tergantung dari kemampuan ekonomi keluarga
untuk menyokong pendidikan atau mendapatkan kehidupan yang layak. Sudah banyak
bukti, orang sukses berasal dari keluarga miskin. Bagi yang berasal dari
keluarga kurang mampu, jadikanlah ketidakmampuan keluarga kita sebagai cambuk
untuk mencapai kesuksesan. Sedangkan bagi yang berasal dari kalangan berada,
jadikan kisah sukses mereka sebagai pemacu semangat agar jangan sampai terlena
dengan keberhasilan mereka. Kemiskinan adalah kekayaan yang tertunda, dan
kekayaan adalah hasil usaha dari kerja keras (Michael Julian). Ketika dunia berkata “menyerah”, harapan berbisik
“coba sekali lagi” (anonym). Tantangan
hidup tidak dimaksudkan untuk melumpuhkan anda, tapi dimaksudkan untuk membantu
anda menemukan siapa diri anda yang sebenarnya (Bernice Johnson Reagon). Jika anda ingin meraih sesuatu yang
benar-benar besar dan tujuan-tujuan yang menarik, anda harus belajar jatuh
cinta dengan kerja keras (Steve Pavlina).